Adri Maldini (20213267)
Valiano Dwi Nugroho Putra (29213084)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Translasi
mata uang asing berbeda dengan konversi mata uang asing. Translasi hanyalah
perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan
dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak
ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi
seperti bila dilakukan konversi.
Terkadang
sulit dibedakan antara konversi dan translasi oleh karena itu, penting untuk
mengetahui teorinya agar dapat membedakan dalam praktinya. Perusahaan di
Indonesia tidak hanya melakukan transaksi dengan perusahaan lokal akan tetapi
juga melakukan transaksi internasional bahkan ada yang membuka cabang di negara
lain ataupun melakukan merger dengan perusahaan luar negeri. Sehingga
diperlukan pengetahuan mendalam mengenai translasi dan konversi. Karna masalah
diatas sehingga penulis memilih tertarik untuk menyaj,ikan materi terkait
dengan translasi mata uang asing.
Translasi
mata uang asing adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya
adalah, Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah
necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya
pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alasan Translasi Mata Uang Asing
Translasi
Mata Uang Asing
Translasi
mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang
ke mata uang lainnya.Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan
laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi
mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan
keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk
perusahaan.
Tiga
alasan tambahan dilakukannya translasi mata uang asing, yaitu:
1. mencatat transaksi mata uang asing;
2. memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap
translasi mata uang; dan
3. berkomunikasi dengan peminat saham asing.
2.2 Latar
Belakang Dan Terminologi
Transaksi
mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap
1. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor,
termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada saham
nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini
bersifat langsung atau tidak langsung.
2. Kurs pada pasar forward adalah persetujuan
untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang
akan datang. Transaksi pada pasar
forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat
palsu pasar forward.
3. Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot
dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan pembelian forward
mata uang.
2.3 Efek
Laporan Keuangan Terhadap Kurs Alternatif Translasi Mata Uang Asing
Tiga
kurs translasi yang digunakan untuk mentranslasikan neraca mata uang asing
terhadap mata uang domestik yaitu:
1. Kurs saat ini; kurs yang berlaku pada
tanggal laporan keuangan.
2. Kurs historis; translasi mata uang yang
berlaku saat asset dengan mata uang pertama kali didapatkan atau saat kewajiban
dengan mata uang asing pertama kali muncul.
3. Kurs rata-rata; nilai rata-rata biasa atau
dengan pembobotan baik pada kurs historis atau saat ini.
Keuntungan Dan Kerugian Translasi
Mata Uang Asing
Pendekatan
akuntansi untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
1. Penangguhan
2. Penangguhan dan Amortisasi
3. Penangguhan Sebagian
4. Tidak Ada Penangguhan
2.4 Metodologi
Translasi Mata Uang Asing
1. Metode Nilai Tukar Tunggal
Kurs
terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar.
Pendapatan dan beban dalam mata uang
asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku
pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan
rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut.
Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan
laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio
keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing
ditranslasikan dengan menggunakan satu
kurs tunggal.
Metode
kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi
risiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar
negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap
didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata
uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuntungan dan kerugian
translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan
dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.
2. Metode Nilai Tukar Ganda
a. Metode Current-Noncurrent
Metode
ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang.
Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang
perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini,
yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak
lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs
histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban
terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal
kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi
(translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current.
Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti
terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun
demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs
akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi
utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang
yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
b. Metode Moneter-Nonmoneter
Asset
moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka
panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang)
dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang,
asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos
dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut,
kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan
kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada
kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter
bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang
tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan
mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan
kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan
dan kurs translasi histories.
c. Metode Kurs Sementara
Translasi
mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang niai
tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan
hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing
menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca.
Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima
atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain
diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga
historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per
tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan
mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau harga pasar.
Berdasarkan
metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs
yang terjadi pada saat transaksi berlangsung. Metode temporal memiliki
keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode moneter nonmoneter karena
sengaja mengabaikan inflasi local, metode ini memiliki keterbatasan dengan
metode translasi lain.Akuntansi biaya historis juga mengabaikan inflasi.
2.5 Perkembangan
Akuntansi Translasi pada Translasi Mata Uang Asing
Praktik
akuntansi translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas
kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter
internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status
akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai
inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di
negara-negara lain.
1. Sebelum 1965
Accounting
Research Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong
penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung
dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling
hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih
ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian
translasi pada masa mendatang.
2. 1965 – 1975
Bab
12 ARB No 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini
dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs
historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka
panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi
yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari
biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata
uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle
Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
3. 1975 – 1981
FASB
mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di
AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena
mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan
kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama
periode perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi
perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar
teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat
ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil
akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8
terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah
perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan
dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham
perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang
dilaporkan akan terlihat ebih fluktuatif
bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan
menekan harga saham perusahaan.
4. 1981 – hingga kini
FASB
mempertimbangkan kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik
dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial AccountingStandars
No.52 pada tahun 1981.
BAB III
ANALISA/KESIMPULAN
Tujuan translasi adalah untuk mengubah unit pengukuran
laporan keuangananak perusahaan luar negeri sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara
umum di negara asal induk perusahaan.
Tidak ada translasi yang memadai jika dilakukan antara
mata uang yangsangat tidak
stabil dan sangat stabil, karena tidak akan menghasilkan informasi
yang bermakna meski menggunakan metode yang manapun.
Translasi tidak diperlukan jika laporan keuangan
perusahaan independendikeluarkan diterbitkan benar-benar untuk tujuan
pemberian informasi bagi para penduduk
negara lain yang berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang
dapatdibangdingkan dan memiliki situasi mata uang nasional yang dapat
dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek.
International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.
http://karimahpatryani.blogspot.com/2014/05/perkembangan-akuntansi-translasi-pada.html/
http://nurulakuntansiinternasional.blogspot.com/2012/06/translasi-mata-uang-asing.html/
https://vanezintania.wordpress.com/2013/04/22/bab-6-translasi-mata-uang-asing-part3/
https://irsan90.wordpress.com/2012/03/26/translasi-mata-uang-asing/
http://karimahpatryani.blogspot.com/2014/05/perkembangan-akuntansi-translasi-pada.html/
http://nurulakuntansiinternasional.blogspot.com/2012/06/translasi-mata-uang-asing.html/
https://vanezintania.wordpress.com/2013/04/22/bab-6-translasi-mata-uang-asing-part3/
https://irsan90.wordpress.com/2012/03/26/translasi-mata-uang-asing/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar